terkurung semalam dalam liang tak bersinar
berkubang ragu tak mampu menutup hari
mendung kikis cahaya menutup matahari
bimbang menanti bulan
kata hanya sekedar jalanan sempit di pinggiran jalan raya
tak terjamah mata dan sepi suara
tarkatung-katung menanti siulan burung gereja
bibir lunglai menyisir bahasa
pembohong melebarkan makna
tanpa tau artinya
masih saja berdiri tak berpindah
mencari arti samudra diantara lautan
penipu rasa menimbun lara
luka tanpa balutan tinta
bulir sendu menerkam sukma
terlalu banyak bahasa yang terbuang sia-sia
terlalu banyak klausa tercecer dijalanan aspal panas
terlalu banyak kalimat tersangkut pohon beringin jalan
terlalu banyak kata berhamburan di padang rumput
masih saja bertahan pada musim yang sama
matahari dan bulan tak berani muncul
sisa-sisa tanya masih belia
hangatkan beku hati
sekarung harapan kini tinggal sepiring mimpi
masih cukup tenaga untuk mencari
tubuh ini masih mampu menancap duri bagai belati
berperang dengan ragu yang terhambar
bagai selendang merah berkibar menari bersama angin
kuadukan raguku dalam doa
terlewat oleh telinga-telinga manusia
terpejam oleh indra
cukup mampu untuk membuka pintu keemasan
bersinar menyilaukan mata buta

Tidak ada komentar:
Posting Komentar